Man yazro' yahsud...
Barang siapa menanam, maka ia akan menuai...

Senin, 12 Desember 2016

Hal-hal yang Penting

1. Membaca
2. Mencari informasi terbaru dalam dunia teknologi
3. Menyambung silaturahim offline maupun online

Rabu, 22 Mei 2013

Hafalan Huruf Hija'iyyah Di (Batita Balita)

Hari ini Ummi dikejutkan dengan hafalan huruf hija'iyyah Di yang semakin bertambah hingga huruf Qaf. Sepertinya hari kemarin Di baru bisa menghafalkan sampai huruf Tsa, kemudian loncat ke Kho'. Dengan gayanya yang khas anak balita, melantunkan serangkaian huruf hija'iyyah dari huruf alif hingga kho', sambil mengangguk-anggukan kepala.  
Teringat beberapa hari yang lalu, Di meminta Ummi untuk memutar kaset huruf hijaiyyah di DVD Player kami. Sementara CD huruf hijaiyyah itu, sudah lama menghilang dari penglihatan kami. Saking sayangnya pada isi CD tersebut, setiap kali keluar, kami meniatkan diri untuk membeli CD yang baru, dengan judul dan isi yang sama. Delapan kilo hingga dua puluh kilometer kami tempuh perjalanan menuju 'kota' *, tapi berkali-kali juga tidak mendapat hasil apa-apa. Ada yang bilang, "gak ada Bu, " setelah mencari-cari di antara sederetan CD-CD yang gak jelas 'manfaatnya' selain hiburan. Terkadang kami harus membuang jauh rasa malu kami di antara para pembeli yang kebanyakan membeli CD dangdut, film dan sebagainya. Ada pula yang bilang, "CD itu udah habis stoknya,"
Kalo boleh berkomentar, betapa sulitnya mencari sumber-sumber pendidikan untuk anak di kota di ujung pulau Jawa ini, apakah pandangan mereka belum juga berubah akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan jiwa dan raga masyarakat? Jangankan mencari sumber pembelajaran untuk anak balita, selepas SMP saja, para orang tua menganggap tidak perlu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yang penting udah bisa baca, tulis, hitung. Astaghfirullah, jadi ngelantur kemana-mana ni...
Setelah hampir putus asa mengusahakan CD huruf hijaiyyah dengan mencari di toko-toko CD, akhirnya dengan sepenuh hati, Ummi membangun harapan baru untuk menemukan CD itu di rumah kami. Ya, karena hilangnya CD itu bukan karena dipinjam, atau tertinggal di mana, melainkan hilang di rumah. Sementara khadimat/pembantu kami juga tidak mengetahui di mana keberadaannya.
Selepas shalat isya', Ummi merenung, memikirkan tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat persembunyian CD itu. Karena kemungkinan terbesar rahibnya CD itu adalah karena ulah tangan Di, maka, Ummi mencari tempat-tempat yang bisa dijangkau Di. Seperti di boxfile yang Ummi taruh di bawah meja, di balik lemari belajar, di bawah printer, dan di samping meja belajar yang mepet ke tembok. 
Setelah mencari-cari sembari seiri/membereskan barang-barang yang sudah tidak ada gunanya, akhirnya, Alhamdulillah, di samping meja belajar yang mepet tembok, ditemukanlah CD-CD mulai dari CD yang tak tahu apa isinya, sampai yang terakhir adalah CD huruf hijaiyyah. Alhamdulillah.... Lega rasanya, tak sia-sia mengorek-ngorek menggunakan sebatang penggaris kayu panjang yang biasa dipakai di kelas, sehingga tak hanya CD, tapi juga debu-debu ikut keluar. CD huruf hijaiyyah juga keadaannya terlumuri debu (lebay banget ya). Cukup disemprot dengan cairan pembersih LCD, dilap dengan kainnya, akhirnya CD tersebut kembali bersih. Dan bersyukur masih berfungsi. 
Sehingga esok paginya, begitu Di bangun, dengan semangat Ummi berkata, "Ayo Di, kita nonton lagi lagu Alif Ba Ta, udah ketemu lo CDnya"
Dan kiranya, sejak hari itulah, semangat Di untuk belajar huruf hijaiyyah mulai tumbuh lagi. Ketika pertama kali membeli CD itu, Di masih berumur sekitar satu tahun, dan tentu saja hanya terpesona dan terhibur dengan musiknya. Saat umur Di dua tahun kurang sebulan, sekarang ini, Di sudah semakin pandai merekam memori dan mengucapkan kembali apa yang diingatnya. 
Sehingga, dengan ijin Allah swt Di bisa menghafalkan huruf hijaiyyah sampai huruf qaf, seperti sekarang ini. Semoga Nak Ummi, semakin giat dan senang menambah hafalannya. Amien. 

Senin, 25 Februari 2013

Bersama Abi

Sudah enam hari ini Di demam, belum turun juga... sedih rasanya...kemarin sore sempat turun panasnya, dan sudah asik maen keluar, sudah makan lebih banyak... Tapi malamnya, suhu Di naik lagi, dan seperti malam-malam sebelumnya, itu membuat Di tidak bisa tidur nyenyak.
Karena sakit, Di libur dulu pergi ke masjid bersama Abi, sesuatu yang sangat dia tunggu-tunggu begitu adzan berbunyi. Walhasil, Di selalu menangis kalo tau Abinya sudah pergi ke masjid. Sambil menangis Di memanggil-manggil terus, "Abi...Abi...Abi..."
Selepas sholat Maghrib, Abi pulang dulu ke rumah. Menengok keadaan Di yang sudah agak mendingan malam itu. Di langsung menyambut Abi dengan gembira. Duduk di pangkuan Abi sembari mengikuti Abi melantunkan surat Al Fatihah.
Tidak terasa, Di yang tiga bulan lagi menjelang dua tahun, sudah mulai hafal setiap awal dan akhir ayat dalam surat Al Fatihah walaupun masih belum fasih. Begitu juga surat Al Ikhlas.
Doakan ya semoga Ummi dan Abi istiqomah mengajarimu, nak...

Rabu, 01 Februari 2012

Demamnya Di...


Akhirnya curhat juga...
Saat buah hatiku demam, sedih...Iya. Apalagi aku harus meninggalkannya ke kantor. Dengan sebuah janji aku akan sering-sering pulang menengok buah hatiku. Ia kelihatan kurang ceria, tentu saja. Suhu badannya hampir 40 derajat semalam. Dan tak banyak berkurang walaupun terus dikasih ASI. Madu spirulina masuk ke mulutnya. Semoga bisa meningkatkan daya tahan tubuhnya dan memulihkan sakitnya. Sebenarnya panas itu bukanlah masalah. Asalkan tidak berlebihan hingga membuatnya kejang. Ummi dan Abi Di terus mengontrol suhu badang Di. Ketika suhu badan Di mencapai 40 derajat, Ummi dan Abi Di terus mengompressnya dengan air hangat agak panas, sehingga suhu badannya turun. Tak berapa lama, naik lagi, dan itu artinya Ummi dan Abi Di harus siap mengompresnya lagi. Di sela-sela kesibukan Abi yang dikejar deadline merampungkan nilai malam itu. Hampir saja Ummi dan Abi Di menyerah dan ingin memberikan obat penurun panas dari dokter. Satu sendok teh saja, dikurangi sedikit, disuapkan ke mulut Di. Akan tetapi, apa  yang terjadi? Ternyata Di justru muntah dan tentu saja obat dalam bentuk sirup yang tadi disuapkan ikut keluar. Di satu sisi, kami berucap, Alhamdulillah... Mungkin belum saatnya Di kecilku mengkonsumsi obat kimia. Tapi di sisi lain, Ummi dan Abi Di harus selalu waspada, mengontrol suhu badan Di, siap-siap dengan air panas dalam termos untuk mengompress suhu Di jika mencapai 40 derajat. Tak lupa juga kami berusaha menghibur Di yang tentu saja merasa tak nyaman dengan kondisi tubuhnya saat itu. Mencoba menghilangkan rasa panik, dan yakin bahwa derita yang tengah dialami Di, insya Allah akan segera pergi. Di sedang berjuang melawan penyakit yang menyerangnya...

Sebagian kita mungkin merasa panik, ketika mendapati anak kita demam, panas. Tapi sesungguhnya kita tidak perlu panik berlebihan, jika kita mengetahui apa sebenarnya demam itu.
Demam bukanlah penyakit, akan tetapi suatu respon tubuh dalam menghadapi penyakit. Ketika penyakit datang menyerang, sedangkan kondisi tubuh bayi sedang kurang fit, maka tubuh bayi berusaha mempertahankan diri melalui sel darah putih yang mengadakan perlawanan terhadap serangan virus atau bakteri. Sel darah putih tersebut memerlukan bantuan panas untuk bisa membunuh virus atau bakteri yang menyerang. Ya, virus atau bakteri akan kepayahan dalam suhu panas, dan justru akan berkembang pesat pada suhu dingin. Oleh karena itu, sel darah putih mengirimkan sinyal pada sel lain (lupa namanya) untuk mengeluarkan panas. Dengan adanya panas tersebut, maka insya Allah, virus atau bakteri yang menyerang akan mati, dan penyakit akan sembuh, sehingga tubuh kembali pada suhu semula. Sehingga memang sebenarnya tidak perlu memaksakan untuk menurunkan panas tubuh anak kita, kecuali jika memang berlebihan. Pun, jika panasnya mencapai 40 derajat atau lebih sedikit, masih bisa diatasi dengan mengompress dengan air hangat atau memandikannya dengan air hangat. Meski tentunya membutuhkan kesabaran untuk selalu mengontrol dan mencegah suhunya naik terlalu tinggi dengan mengompressnya. Selain itu, pemberian ASI pada bayi justru menjadi obat alami bagi bayi untuk melawan penyakitnya, di samping juga untuk menghindari dehidrasi. Jadi, sebenarnya masih ada cara penyembuhan yang lain, yang dapat menghindarkan bayi kita dari obat kimiawi yang kita tidak tahu efeknya bagi bayi kita. Insya Allah.

Syafakillah, ya ibnati...

Sabtu, 31 Desember 2011

New Mom: MPASI pertama



Jadi Ibu baru? Dapet amanah baru, juga inspirasi baru...Alhamdulillah. Memasuki enam bulan Di, Ummi Di (UD) ancang-ancang menuju pemberian MPASI. Gak jauh beda sama Di, akhirnya terjawab sudah rasa penasaran UD untuk menyiapkan, menyuapi MPASI ke mulut Di. Perjalanan dimulai dari hari pertama yaitu H-5 Di genap 6 bulan. UD belajar masak bubur beras merah dari tepung beras merah. Karna gak nemu namanya tepung beras, akhirnya beras merah yang didapat. Itupun setelah perjuangan satu jam perjalanan menuju ke kota. Ya...maklum, UD orang hutan. Saking penasarannya dengan MPASI pertama, sampe-sampe UD bilang sama khadimat baruku yang juga udah gak sabar pengen nyuapin Di, "gak usah disuapin teh, hari ini, karna Di belum betul-betul makan...ini baru latihan bikin bubur beras merah."
Hari kedua, pagi-pagi buta, UD bersiap siaga bereksperimen membuat bubur beras merah lagi, sampe pas...di lidah dan di hati. Tapi ini dari segi teksturnya...bukan rasanya. Kalo dari rasanya, tentunya sangat jauh berbeda dengan bubur instan yang ada di pasaran. Bubur asli alami bikinan sendiri UD ini, rasanya...anta, tawar, mmm...buat lidah yang udah kenal rasa cabe sampe duren, mungkin langsung STOP setelah satu kali suap. Tapi harapan besar UD, Di bisa langsung lahap memakan bubur beras merah UD yang dibuat dengan penuh cinta...

Rabu, 15 Juni 2011

Aqiqah di Hari Ketujuh

Alhamdulillah, pada hari ke tujuh kelahiranmu, Ummi dan Abi beroleh rizki sehingga bisa melaksanakan sunnah Rasulullah yang menjadi hakmu, yaitu aqiqah. Meski melihatmu yang masih mungil dalam buaian, kami merasa tak tega untuk mencukur rambutmu yang telah tumbuh sejak dalam kandungan Ummi, tapi akhirnya Bismillah, kami bulatkan semangat untuk melaksanakan sunnah Rasulullah, yaitu aqiqah pada hari ketujuh, dengan mencukur rambut yang masih menempel di kepalamu, memberi nama dan membagikan daging kambing masakan Ibu kepada para tetangga.
Setelah membuka lembar demi lembar mushaf Al Qur'an, akhirnya Abi menemukan nama untukmu,


" Dihaana Islam Syahidah"
  • Dihaan adalah sebuah penggalan kata yang Abi temukan di surat Ar Rahmaan :Wardatan kaddihaan... yang artinya mawar merah yang berkilau. Dihaan berarti : berkilau,
  • kemudian Islam adalah agama kita, agama yang lurus, agama yang diridhai, agama yang diilhamkan Allah swt sejak peniupan ruh manusia dalam kandungan, dan semoga kita juga mati dalam keadaan Islam. Amien.
  • Dan syahidah bisa berarti pejuang, atau orang yang bersungguh-sungguh.

Ummi dan Abi punya harapan agar engkau menjadi seorang yang bersungguh-sungguh di jalan Islam, sehingga kilauan Islampun kian memancar ke segala penjuru.


Baiklah, ada baiknya kita juga menyimak tentang dalil-dalil syar'i tentang aqiqah, agar kita tidak menjadi orang yang beramal tanpa ilmu.

DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH

Hadist No.1 :
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani]

Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, pent]

Hadist No.2 :
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]

Hadist No.3 :
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan]

Hadist No.4 :
Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : “Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel ‘Ied]

Hadist No.5 :
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : “Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), Nasa’I (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)]

Hadist No.6 :
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan, Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam “Mu’jamul Kabir” 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil]

Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta para ulama salafus sholih